Minggu, September 26, 2021

Muhasabah Cinta


Beberapa waktu terakhir, tiba-tiba saya merasa mual dan langsung pusing ketika harus melakukan kegiatan yang sudah menjadi rutinitas saya sehari-hari. Padahal kegiatan tersebut sukses telah mengalahkan waktu jam makan saya. Bahkan saking seringnya melakukan hal tersebut, ketika mata saya udah sangat terasa lelah, dan ingin terpejam beberapa menit, pikiran saya masih tertahan di kegiatan tersebut.

Sampai pernah, saya harus rela menghabiskan beberapa malam saya untuk melakukan kegiatan tersebut. Bukan sebuah keterpaksaan, tetapi sebuah kesenangan. Siapa yang tak senang melakukan hobi yang dibayar. Ya, walaupun sempat menjadi pribadi yang mode senggol bacok karena kurang istirahat 🤭😆🙈

Membaca adalah hobi saya setelah nonton. Saya menyukai semua bacaan yang ditulis dengan kalimat sederhana, baik itu fiksi ataupun non-fiksi. Karena itu kecintaan saya terhadap buku melebihi kecintaan saya terhadap menulis.

Bukan, bukan karena tak ada isi kepala saya yang tak ingin saya tuang dalam bentuk tulisan, tetapi kecepatan jari saya terkadang tak mampu mengimbangi isi kepala saya yang terkadang sangat banyak, dengan baik. Namun, berkat keterbatasan jari saya tersebut, saya jadi pencerita yang cukup baik, kala menghabiskan waktu bersama suami dan anak-anak saya. 

Bahkan ketika saya sedang mengalami masa tertekan karena kelalaian saya yang tidak bisa memberikan hak badan saya untuk beristirahat, jari saya sudah tak mampu menuangkan kekesalan saya terhadap diri saya sendiri. Namun, saya jadi belajar satu hal. Ketika kita merasa tertekan dan kepala terasa ingin pecah menahan beban, yang kita butuhkan hanya sharing. 

Ya, sharing dengan orang-orang terdekat, yang dapat dipercaya dan orang yang bisa memberi kita energy positif ketika kita sedang di masa down. Konon, banyak yang mengatakan, kalau solusi dari setiap permasalahan hidup adalah hanya waktu. Karena tanpa usaha pun semua pada akhirnya akan kembali membaik. Namun, kita lupa, waktu hanya sebuah barometer, selama apa kita bertahan dalam keadaan yang tak menyenangkan. Dan sebesar apa kita merasa rugi dengan waktu yang terbuang dengan sia-sia.

Padang, 25 sept 2021

#SelaluAdaCeritaDalamSebuahFoto 
#CeritaUmmuMuthmainnah

Senin, Agustus 23, 2021

Setitik Harap dan Doa


Semua orang yang hadir di rapat guru dengan kepala sekolah secara virtual, kembali menghela napas berat.

"Tapi PBM daring nggak efektif, Ustad," ucap salah seorang guru wali kelas kecil. "Anak-anak masih ada beberapa yang belum lancar membacanya."

Seseorang yang dipanggil Ustad merupakan orang no satu dalam lembaga pendidikan tersebut.

"Para orang tua juga mulai resah, Ustad. Apalagi yang memiliki anak lebih dari dua. Fasilitas mereka terbatas." Seorang guru yang memiliki empat anak, juga ikut berpendapat, seolah-olah sedang mewakili perasaan para orang tua murid di luar sana.

"Saya paham, Ustad dan Ustadzah sekalian. Tapi Qodarullah, ini semua di luar kendali kita." Sosok yang telah menjadi kepala sekolah selama tiga tahun terakhir, mencoba menenangkan semua para pengajar yang sangat terlihat jelas raut kegelisahan di wajah mereka. "Saat ini kita hanya bisa berdoa, semoga masa pandemi segera berlalu minimal PPKM tidak diperpanjang lagi, supaya anak-anak kita bisa kembali belajar di sekolah."

Semua orang yang hadir segera meng-aamiin-kan doa dan harapan sang kepala sekolah tempat mereka memberikan pengajaran kepada anak-anak tunas bangsa.

***

Gedung bertingkat dua dengan belasan ruang yang selalu digunakan untuk kegiatan belajar mengajar terlihat masih sepi. Hanya satu atau dua anak yang terlihat, dan itu pun anak dari salah satu pengajar di sekolah tersebut yang ikut serta karena proses belajar mengajarnya dilakukan di ponsel sang ibu yang selalu dibawa.

"Baik anak-anak, kita cukupkan belajarnya sampai di sini dulu, ya," ujar seorang wali kelas empat saat akan mengakhiri KBM.

"Ya ... kok cepet banget, Ustadzah?" keluh salah seorang anak yang hadir, karena ia belum mengerti dengan materi yang disampaikan gurunya dikarenakan sinyal yang sedikit menganggu saat kegiatan belajar mengajar tadi.

"Besok kita lanjutkan lagi ya, Nak. Ustadzah harus menelepon teman-teman yang lain." Guru yang biasa dipanggil dengan sebutan ustad dan ustadzah itu mencoba memberi pengertian kepada anak muridnya.

"Tapi, keisya belum ngerti, Ustadzah." Seorang anak yang lain menyampaikan apa yang ia rasakan.

"Nanti japri Ustadzah klo ada yang belum ngerti ya, Nak. Ustadzah coba bantu jelaskan lagi."

Lima orang anak yang hadir kala KBM daring itu hanya diam, seperti tahu harus mengatakan apalagi.

"Baik, Ustadzah pamit dulu, ya, anak-anak. Assalamu'alaykum."

"Wa'alaykumussalam, Ustadzah. Syukron, Ustadzah," ucap beberapa anak-anak menjawab salam kepada guru mereka dan mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Afwan, Nak."

Tak lama kegiatan belajar itu pun selesai. Sosok guru yang baru saja menyelesaikan sebagian tugasnya hari ini, kembali mengembuskan napasnya, dan tak lama ada rasa haru serta rindu yang berbaur memaksa masuk ke dalam relung hatinya.

Terharu karena ucapan "Syukron" yang selalu ia terima dari beberapa anak muridnya saat kegiatan belajar mengajar secara virtual akan selesai, dan rindu ingin bertemu kembali dengan mereka semua tanpa ada batas waktu dan ruang.

Sedetik kemudian, setetes air mata telah mengalir tanpa diminta dari pelupuk mata. Kembali sosok yang dipanggil ustadzah oleh anak-anak muridnya, menarik napas dan membuangnya dengan perlahan.

Kembali setitik harapan ia tanamkan dalam benaknya. Menyakini selalu takdir yang terjadi, bahwasanya pasti ada hikmah di balik setiap peristiwa. 


Minangkabau, 23 Agustus 2021

Minggu, Juli 25, 2021

Sebuah Pengakuan


Bismillah

Memiliki, tetapi tak diakui.
Pasti di antara kita pernah mendengar kalimat itu. Sekilas seperti sebuah legalitas. Namun, ada yang mengatakan pengakuan dan legalitas adalah dua hal yang berbeda.

Mungkin saya adalah salah satu yang termasuk ke dalam kelompok yang mengatakan bahwa pengakuan dan legalitas adalah dua hal yang sama.

Saat kita mempunyai orang yang sangat disayang dan orang tersebut juga menyayangi kita, tetapi orang tersebut tak mau mengakui kita di hadapan orang banyak, pasti rasa sedih dan kecewa yang menghantui kita.

"Kenapa aku nggak diakui?"
"Kurangku apa, kok sampai nggak diakui?"

Kurang lebih, pasti pertanyaan seperti itu yang mampir dalam ruang pikir kita.

Sama halnya ketika kita mempunyai kemampuan dan kapasitas dalam suatu bidang tertentu. Saat kita sudah berusaha semaksimal dan memberikan yang terbaik untuk orang lain, tetapi apa yang telah kita lakukan tak mendapatkan pengakuan apa-apa dari berbagai pihak. Tentu ada rasa sesak yang memaksa menyelinap masuk ke dalam rongga dada ini.

Dulu, pengakuan tak terlalu dipertimbangkan atau tak begitu dipentingkan. Namun, makin canggih dan berkembangnya kemampuan masyarakat zaman sekarang, tentu pengakuan secara lugas sangat dibutuhkan bagi setiap orang demi persaingan yang sehat dan berkompeten.

Tak usah jauh-jauh, orang terdekat bisa menjadi ajang tempat untuk seseorang mencari sebuah pengakuan sesuai keahliannya. Baru setelah itu, mouth to mouth, bisa mengantarkan kita untuk mendapatkan sebuah pengakuan yang lebih luas dan akurat.

Namun, jika pada kenyataannya orang terdekat saja tak mau memberikan kita sebuah pengakuan atas apa yang sudah kita berikan atau atas kemampuan kita, maka kemungkinan kecil orang lain atau masyarakat luas bisa mengetahui kemampuan yang kita miliki dalam menguasai suatu bidang tertentu.

Saat itu terjadi, hati-hati, bisa jadi memang diri kita yang belum memiliki kemampuan yang seperti mereka bayangkan. Karena, teorinya jika orang lain mengakui kemampuan kita dan mereka puas dengan kinerja kita, maka secara otomatis, tanpa diminta mereka sendiri akan mengatakan kepada dunia, bahwa kita memang berkompeten dalam bidang tersebut.

Sebuah Pengakuan, testimoni, adalah hal yang sepele, tetapi sangat memiliki pengaruh yang amat besar bagi orang lain untuk masa yang akan datang.

Jika ada masa di mana belum ada pengakuan dari orang lain tentang kapasitas kinerja kita, maka jadikanlah masa itu menjadi sebuah cambuk untuk kita supaya lebih meningkatkan kualitas kinerja kita. Dan yakinlah, usaha tak kan pernah mengkhianati setiap usaha.

ÙˆَاتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ ÙˆَاعْÙ„َÙ…ُوا Ø£َÙ†َّ اللَّÙ‡َ بِÙ…َا تَعْÙ…َÙ„ُونَ بَصِيرٌ


Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 233) Klik


***

Minangkabau, 25 Juli 2021 / 23.58

Minggu, Juli 11, 2021

Ingin Anak Menjadi Penghafal Al-Qur’an? Yuk Ajari dengan Cara Menyenangkan.


Anak dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci. Orang tuanya lah yang menjadi tonggak utama, akan menjadi seperti apa sang anak di masa yang akan datang. Sebagai orang tua, pasti semua menginginkan anak menjadi orang sukses dan membanggakan kita kelak, terlepas apakah dia anak laki-laki atau anak perempuan.

Sejatinya anak laki-laki atau anak perempuan adalah sama. Sama-sama sebuah anugerah dari Yang Maha Esa. Saat masa kecil, jika kita para orang tua mewarnai mereka dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan kelak dia akan menjadi anak yang baik. begitu juga sebaliknya.

Salah satu cara mewarnai mereka di saat masih kecil adalah dengan mengajak mereka belajar dan menghafal Al-qur’an. Konon, sebagian orang mengatakan kalau belajar dan menghafal Al-Qur’an hanya cocok untuk anak yang memiliki daya ingat yang tajam dan kuat. Namun, nyatanya semua kembali dengan bagaimana cara menerapkan kepada sang anak.

Anak-anak adalah dunia bermain. Ajaklah mereka bermain sambil belajar dan menghafal Al-Qur’an. Karena bermain adalah salah satu cara yang menyenangkan bagi sebagian anak.
Berikut ada beberapa cara menyenangkan, yang bisa diterapkan para orang tua kepada anak-anak di rumah.

1. Ajak Anak Nonton Video Animasi Menghafal Al-Qur’an

Hampir sebagian besar anak, pasti suka menonton. Apalagi kalau film yang ditonton adalah film kartun atau film animasi anak yang seusia mereka. Bahkan anak yang menjelang remaja pun juga masih ada beberapa yang menyukai film kartun anak tersebut. cara mengajak anak menonton video animasi menghafal Al-Qur’an ini cukup menyenangkan buat anak-anak dan cukup efektif jika diputar berulang-ulang. Mereka tidak menganggap kalau mereka sedang belajar. Padahal mereka sedang menghafal secara tidak langsung. Ajak mereka menonton video menghafal Al-Qur’an ini disela-sela jam bermainnya atau saat mereka sedang melakukan gerakan tutup mulut.

2. Gunakan Flash Card Huruf dan Kalimat Hijaiyah.


Banyak sekali beredar di pasaran, flash card, atau kartu cepat yang bergambar huruf hijaiyah, angka, gambar nama buah, kendaraan bahkan nama kosakata dalam bahasa asing yang lainnya. Dalam kartu tersebut huruf atau gambar tertentu dibuat dengan desaign yang cerah dan penuh warna. Hal itu supaya dapat menarik anak dan anak merasa senang saat belajar. Sama dengan menghafal. Para orang tua harus bisa berkreasi membuat kartu yang bertulis ayat-ayat surat Al-Qur’an jika ingin anak bermain sambil menghafal. Bisa dibuat dari kardus kotak susu kertas karton yang agak tebal, lalu dihias atau diwarnai supaya anak suka untuk melihat dan membaca lama-lama.

3. Biasakan Anak Mendengar Al-Qur’an

Percaya atau tidak, alam bawah sadar anak akan merekam semua yang ia lihat dan ia dengar. Makin sering anak mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, maka makin cepat anak menghafal apa yang ia dengar. Buat jadwal untuk menghafal setiap suratnya. Misalkan: Minggu pertama, surat Al Ikhlas. Minggu kedua surat Al Falaq dan seterusnya. Oh ya, ada salah satu artikel di media sosial Dari Ibu Untuk Ibu yang bisa dijadikan rekomendasi oleh para orang tua dalam menentukan surat apa saja yang mudah dihafal, 
  

4. Main Kuis atau Sambung Ayat 

Permainan ini juga cukup menarik minat dan semangat anak dalam menghafal Al-Qur’an. Sama halnya ketika anak sedang mengikuti lomba Cerdas cermat. Orang tua membacakan salah satu ayat surat yang telah dihafalkan anak, lalu anak harus menyambung ayat berikutnya. Saat anak berhasil menyebutkan ayat berikutnya, biasanya anak akan merasa bahagia. Dan, sebagai bentuk apresiasi kepada anak, tak ada salah jika orang tua memberi sebuah reward yang bisa membuat anak lebih bersemangat lagi dalam menghafal.

5. Buat Irama Dalam Menghafal

Zaman sekarang, musik adalah salah satu yang sering kita dengar. Baik dalam pergaulan anak-anak bersama temannya, atau saat mereka sedang menonton di rumah. Cara ini bisa para orang tua ATM. Amati, Tiru dan Modifikasi. Saat mengajak anak membaca dan menghafal Al-Qur’an, supaya lebih enak dan anak merasa nyaman. Para orang tua bisa perdengarkan kepada anak-anak, suara penghafal Al-Qur’an yang menggunakan irama. Salah satu contohnya adalah M. Taha Al Junaid. Meskipun saat ini beliau bukan anak-anak lagi, tetapi rekaman suara beliau saat masih anak-anak bisa kita temui di youtube dan lain-lain.

Masih banyak lagi hal menarik dan menyenangkan yang bisa kita, para orang tua, khususnya para ibu untuk mendidik dan mengasuh anak di rumah demi menjaga suasana rumah tetap nyaman dan anak-anak betah di dalamnya. Dalam media sosial Ibupedia, https://www.ibupedia.com banyak sekali tips dan info menarik yang bisa dijadikan referensi untuk para ibu di rumah yang berkaitan dengan dunia ibu dan anak.

Semoga tulisan ini bermanfaat, mari para ibu, kita sama-sama menjaga daya imun anak dan semua anggota keluarga yang lain, dengan tetap selalu memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan. Stay safe, stay healthy dan stay fight!

Minangkabau, 11 Juli 2021
Sumber Foto: Klik di sini

Rabu, Juli 07, 2021

Saat Tak Bisa Menepati Janji Kepada Anak, Lakukan 5 Hal Berikut!


Sepertinya saat ini sedang di masa penghujung liburan bagi anak-anak sekolah, ya. Para orang tua pasti udah jauh-jauh hari sudah mulai mempersiapkan mereka untuk menyambut hari sekolah di kelas yang baru. Terkadang karena terlalu lama libur, anak-anak merasa enggan menyiapkan peralatan sekolahnya masing-masing. Berbagai upaya dan bahkan janji, terkadang kita ucapkan kepada anak-anak sebagai motivasi agar mereka bisa bersemangat menyambut hari sekolah mereka.

Senang bukan rasanya, ketika kita sebagai orang tua atau guru melihat anak-anak termotivasi dengan ucapan dan usaha kita. Pasti dalam benak mereka adalah, bagaimana caranya agar mereka mendapatkan hasil yang terbaik demi sesuatu yang mungkin saja, secara sadar atau tidak, telah kita ucapkan kepada mereka.

Namun, kadang adakalanya, karena sesuatu hal, kita sebagai orang tua yang memberi janji, tidak bisa menepati janji tersebut.

Tentu sebagai contoh bagi anak-anak, kita tidak bisa berpura-pura lupa atau tiba-tiba ingkar janji. Bagaimana pun juga anak kecil adalah calon orang dewasa yang baik buruknya tergantung bagaimana orang tua mewarnainya. Dan sangat wajar jika mereka juga memiliki rasa kecewa dan sedih seperti kita sebagai orang tuanya.

Berikut ada Lima cara untuk para orang tua mengantisipasi kekecewaan anak;


1. Minta Maaf

Kita semua pasti paham, meski kita tidak memiliki niat untuk membuat orang lain apalagi anak-anak kecewa, kita sebagai sih pembuat janji tetap kudu yang namanya minta maaf. Minta maaf karena bukan 100% kesalahan kita, serta merta tidak akan membuat kita menjadi orang yang buruk di mata mereka. Malah sebaliknya, secara tidak langsung kita memberikan contoh yang baik kepada mereka.

2. Berikan Penjelasan

Meski pemahaman anak-anak belum sematang kita sebagai orang tua, bukan berarti mereka tidak paham dengan ucapan atau penjelasan dari kita. Hanya saja, kosa kata mereka belum se-kaya kita, jadi harus gunakan bahasa yang mereka pahami atau bahasa sehari-hari mereka.

3. Berikan Pengganti Reward yang Kita Janjikan

Saat kita sudah menjelaskan alasan ketidakbisaan kita untuk menepati janji, dan anak-anak terlihat menerima. Bukan berarti di dalam hati mereka langsung plong dan langsung memaklumi. Yang namanya anak-anak, tidak hanya kemampuan motoriknya saja yang sedang berkembang, tapi kemampuan untuk mengelola emosi dan kemampuan untuk menerima takdir pun juga sedang berproses.

Berikan Pengganti atas janji atau reward kita sebelumnya. Tak harus sama persis, tapi setidaknya bisa mengobati kekecewaan mereka.

4. Berikan Pujian

Memaklumi sesuatu yang tidak kita inginkan, tentu tidak semua orang dewasa bisa. Anak-anak pun demikian, maka tak ada salahnya, saat mereka mulai sedikit bisa menerima alasan kita, berikan pujian atas sikap lapang dada mereka.

5. Ucapkan Terima Kasih

Mengucapkan terima kasih tidak hanya karena kita menerima bantuan atau kebaikan dari orang lain. Tapi saat anak-anak bisa bersikap dewasa dan mampu memaklumi keterbatasan kita sebagai orang tua, maka tak ada salahnya ucapan terima kasih kita haturkan kepada mereka yang diiringi dengan pelukan hangat.

Minangkabau, 7 Juli 2021

Rabu, Juni 02, 2021

Pintamu

Pintamu 
Oleh: Fitri Junita

“Andai aku menjadi seseorang yang ia idamkan, aku yakin, ia tak kan pergi meninggalkanku.”
Anjas menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Antara kasihan dan gemas karena sikapku yang terkesan tak punya harga diri.

“Jangan berandai-andai, Bram. Berubahlah.”

Apa yang dikatakan laki-laki yang telah lama menjadi sahabatku ini, benar. Aku harus berubah. Namun, bisakah aku berubah seperti yang diinginkan Laila? Ah, rasanya mustahil!

“Untuk apa? Lagipula, wanita itu telah pergi meninggalkanku.”

Embusan napas berat Bram terdengar jelas di indera pendengaranku.

“Setidaknya, berubahlah untuk dirimu sendiri.” Kami terdiam sesaat. “Siapa tau, esok kamu akan bertemu lagi dengan wanita yang lebih baik dari pada Laila," ucapnya lagi.

Ah, rasanya tidak mungkin aku akan bertemu dan bisa mencintai wanita lain. Rasa cinta yang kumiliki sudah habis dibawa pergi oleh wanita berparas ayu dan lemah lembut, yang baru beberapa hari meninggalkanku hanya karena materi. Ya, materi!

“Bagaimana caranya, Anjas?” tanyaku untuk menyenangkan hatinya.

“Bekerjalah lebih giat dan bersikaplah seperti seorang pemimpin. Tunjuk dan buktikan, kalau kamu adalah laki-laki yang bisa diandalkan olehnya setiap saat. Bukan seperti parasit, yang hidup hanya menjadi beban orang lain.”
 
Aku tercengang dan mematung cukup lama. Saking lamanya, Anjas pergi pun aku tak menyadarinya.

Benarkah selama ini, aku seperti parasit?

Tanpa sadar, tawaku menggema di ruang tamu sebuah rumah kecil yang baru kubeli sebagai hadiah pernikahan untuknya. Hingga tak terasa, bulir bening telah membasahi kedua pipiku. Semenyedihkan inikah kehidupan seorang Bram? 

Berhari-hari aku mengurung diri di dalam rumah. Cuti kerja kuambil secara mendadak. Pihak HRD kantor tempatku bekerja bahkan sempat memarahi, tetapi aku beruntung karena atasanku yang juga sepupu dari pihak mama, bisa memahami kondisiku saat ini.

Terlihat cengeng dan seperti seorang pecundang. Hanya karena seorang wanita, aku merasa terpuruk seperti ini. Namun, bukan karena itu aku membatasi ruang gerakku sendiri. 

Kata-kata parasit, kini bagai bayangan gelap yang selalu mengikutiku ke mana pun aku pergi. Bagaimana bisa aku dianggap sebagai benalu oleh orang lain bahkan oleh orang yang amat berarti dalam hidupku. Selama ini hasil keringatku sudah kuberikan semua untuknya. Bahkan aku mempercayakan semua kepadanya termasuk dalam setiap mengambil keputusan.

Bukan aku tak bisa mengambil keputusan, tetapi karena aku sangat mencintai dan menghargainya, kupercayakan semua kepadanya. Mengapa Laila tak bisa melihat itu semua sebagai bentuk rasa sayang dan cintaku kepadanya.

Seminggu sudah aku menyendiri dalam keterpurukan dan kebingungan. Pintu hati dan rumahku pun tertutup rapat. Tak kuizinkan siapa pun masuk ke dalam hidupku. Kini ... aku sudah siap, kembali berperan menjalankan takdirku sendiri.

Kulihat lagi untuk ke sekian kalinya, sebuah amplop coklat yang berlogo pengadilan agama di kota tempat aku menikahi Laila beberapa tahun yang lalu. Meski keherananku belum hilang sepenuhnya, apa alasan sebenarnya wanita cantik itu menggugat ceraiku, tetapi seperti biasa demi rasa sayang dan cintaku kepadanya, akan kuturuti permintaannya ... yang terakhir kalinya.

Minangkabau, 02 Junita 2021

Pesanan Bu Siti

  Aku pernah menikah selama dua tahun. Cerai di tahun ketiga. Prosesnya cepat, kayak mi instan—panas, berasap, dan bikin kenyang emosi. Lima...