Kamis, Oktober 19, 2023

Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga: Perjalanan Menuju Keseimbangan yang Sehat



Sebagai ibu, kita sering merasakan tekanan yang tak terduga dari masyarakat sekitar. Salah satu tekanan terbesar yang seringkali menjadi perdebatan adalah apakah seorang ibu sebaiknya bekerja di luar rumah atau tetap fokus sebagai ibu rumah tangga. Dua peran ini, meski sering dianggap berseberangan, sebenarnya memiliki tantangan dan keindahan masing-masing.


Menjaga Rumah dan Mencari Diri


Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan yang mulia. Memiliki waktu yang lebih banyak di rumah memungkinkan seorang ibu untuk fokus sepenuhnya pada keluarga, memastikan setiap aspek kehidupan mereka terjaga dengan baik. Dari memasak makanan yang lezat, membersihkan rumah, hingga merawat anak-anak, peran ini memerlukan komitmen yang besar.


Namun, di tengah kesibukan itu, seringkali terjadi bahwa seorang ibu rumah tangga dapat kehilangan jati dirinya. Melalui blog atau kegiatan kreatif lainnya, seorang ibu rumah tangga dapat mengekspresikan bakat dan minatnya, mengasah kemampuan, dan tetap merasa memiliki identitas di luar perannya sebagai ibu dan istri.


Menyeimbangkan Karir dan Keluarga


Di sisi lain, menjadi ibu yang bekerja di luar rumah juga memiliki kepuasan dan tantangan tersendiri. Melalui pekerjaan, seorang ibu dapat mengejar ambisi dan kecintaannya terhadap karir, yang pada gilirannya dapat memberikan rasa pencapaian yang memuaskan. Selain itu, keuangan yang lebih stabil seringkali menjadi keuntungan tambahan bagi keluarga.


Namun, tak dapat disangkal bahwa bekerja di luar rumah memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk keluarga. Terkadang, jadwal yang ketat dan tekanan di tempat kerja dapat membuat hubungan dengan pasangan dan anak-anak terasa terabaikan. Namun, dengan kemajuan teknologi dan fleksibilitas jam kerja, beberapa ibu berhasil menemukan keseimbangan yang tepat antara kehidupan profesional dan pribadi.


Mendefinisikan Kesuksesan dalam Konteks yang Berbeda


Ketika berbicara tentang kesuksesan, pandangan yang berbeda seringkali muncul dari kedua peran ini. Bagi sebagian ibu, kesuksesan diukur dari seberapa baik mereka dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan menyediakan lingkungan yang penuh kasih sayang. Sementara bagi yang lain, kesuksesan diukur dari pencapaian karir, pengakuan, dan kepuasan pribadi.


Namun, pada akhirnya, kebahagiaan dan kesuksesan sejati tidak mungkin diukur dengan parameter luar. Ketika seorang ibu merasa bahagia dengan pilihan yang dia ambil, merasa dicintai dan dihargai, serta mampu memberikan cinta dan perhatian kepada keluarga, itulah saatnya dia merasa telah sukses.


Menemukan Keseimbangan yang Sehat


Keseimbangan antara menjadi ibu yang bekerja dan ibu rumah tangga adalah kunci utama dalam menjalani kehidupan yang memuaskan. Penting untuk mengakui kelebihan dan keterbatasan dari masing-masing peran ini. Bagi ibu yang bekerja, merencanakan waktu dengan bijak antara pekerjaan dan keluarga dapat membantu menciptakan kedekatan yang tak ternilai harganya dengan anak-anak dan pasangan. Sementara itu, bagi ibu rumah tangga, mengambil waktu untuk diri sendiri, mengejar minat, dan tetap terhubung dengan dunia luar adalah langkah penting dalam memastikan kesehatan mental dan emosionalnya.


Memandang Tanpa Label


Kita harus memahami bahwa menjadi seorang ibu adalah tentang memilih jalan yang terbaik untuk keluarga dan diri sendiri. Tidak seharusnya ada label atau stigma yang melekat pada setiap peran tersebut. Setiap ibu memiliki kisah uniknya sendiri, tantangan yang unik, dan cara mereka sendiri dalam mencapai keseimbangan. Jadi, mari kita saling menghargai dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan kita masing-masing.


Kesimpulannya, tidak ada jawaban yang tepat atau salah ketika datang ke peran ibu bekerja versus ibu rumah tangga. Yang terpenting adalah menemukan keseimbangan yang sehat dan memungkinkan kita untuk merasa bahagia dan puas dengan keputusan yang kita buat. Karena pada akhirnya, semua ibu memiliki satu tujuan yang sama, yaitu memberikan yang terbaik untuk keluarga mereka.


Minggu, Juli 30, 2023

Menemukan Motivasi Diri yang Tidak Pernah Padam


Setiap orang pasti pernah mengalami momen di mana semangat dan energi untuk mencapai tujuan meredup. Motivasi adalah pendorong utama yang mendorong kita maju dalam hidup, dan tanpanya, tantangan akan terasa lebih berat. Namun, dalam kehidupan yang penuh dengan hambatan dan perubahan, bagaimana kita bisa menjaga api motivasi tetap menyala di dalam diri? Artikel ini akan membahas tentang cara menemukan motivasi diri yang tidak pernah padam dan bagaimana mengasahnya agar selalu berkobar.


Mengenali Tujuan dan Nilai Diri

Langkah pertama dalam menemukan motivasi diri adalah mengenali tujuan dan nilai-nilai dalam hidup. Tanpa tujuan yang jelas, kita akan merasa kehilangan arah dan kesulitan menemukan motivasi untuk terus maju. Jika kita memiliki impian dan ambisi yang jelas, kita akan lebih termotivasi untuk berusaha mencapainya.


Selain itu, nilai-nilai pribadi yang kuat juga akan membantu mempertahankan motivasi. Nilai-nila tersebut adalah inti dari identitas kita sebagai individu. Ketika kita hidup sejalan dengan nilai-nilai tersebut, kita merasa lebih puas dan termotivasi untuk mencapai tujuan kita.


Mengatasi Rintangan dan Kegagalan

Dalam perjalanan mencapai tujuan, tidak jarang kita dihadapkan pada rintangan dan kegagalan. Bagaimanapun kerasnya usaha kita, ada kalanya rencana tidak berjalan sesuai harapan. Namun, penting untuk tetap teguh dan tidak menyerah saat menghadapi hambatan ini. Ketekunan adalah kunci untuk mempertahankan motivasi diri.


Alih-alih menyalahkan diri sendiri atau orang lain, gunakan kegagalan sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih baik. Tantang diri Anda untuk bangkit kembali dengan semangat baru. Ingatlah bahwa setiap kesuksesan besar selalu diawali dengan kegagalan kecil.


Menemukan Inspirasi dari Teladan

Saat merasa motivasi menurun, penting untuk mencari inspirasi dari orang-orang yang telah mencapai prestasi besar dalam hidup. Teladan bisa berasal dari tokoh-tokoh inspiratif dalam sejarah, pemimpin yang karismatik, atau bahkan orang-orang di sekitar kita yang telah mencapai kesuksesan dalam bidang yang sama.


Kisah-kisah kesuksesan mereka bisa menjadi sumber dorongan yang kuat untuk menjaga semangat berkobar. Belajar dari pengalaman dan perjuangan mereka akan memberikan wawasan berharga tentang bagaimana menghadapi tantangan dan mencapai tujuan.


Menciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan tempat kita berada juga memiliki dampak besar terhadap motivasi diri. Pastikan Anda berada di lingkungan yang positif dan mendukung. Hindari lingkungan yang meracuni pikiran dengan gosip negatif atau ketidakpercayaan diri. Sebaliknya, carilah lingkungan yang memupuk semangat, inspirasi, dan kolaborasi positif.


Bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat tinggi juga akan menular pada diri Anda. Dukungan dari orang-orang di sekitar dapat menjadi daya dorong yang luar biasa untuk terus berjuang dan mencapai tujuan.


Mengatur dan Merayakan Kemajuan

Ketika Anda menetapkan tujuan, penting untuk memecahnya menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan terukur. Merencanakan langkah demi langkah ini akan membuat tujuan terasa lebih mudah dicapai dan memberikan penghargaan ketika berhasil menyelesaikan setiap langkah.


Saat mencapai kemajuan, jangan ragu untuk merayakannya. Pujilah diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan dan nikmati hasilnya. Merayakan kemajuan akan memberikan hadiah positif bagi pikiran bawah sadar Anda, sehingga semangat untuk terus maju akan terus bertahan.


Motivasi diri adalah api yang hidup di dalam diri kita. Untuk menjaga api ini tetap berkobar, kita perlu mengenali tujuan dan nilai-nilai pribadi, mengatasi rintangan dan kegagalan, menemukan inspirasi dari teladan, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan mengatur serta merayakan kemajuan.


Ingatlah bahwa motivasi bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, tetapi adalah hasil dari perjuangan dan dedikasi untuk meraih impian kita. Dengan menjaga semangat dan tekad yang kuat, kita dapat mengasah api dalam diri dan menemukan motivasi diri yang tidak pernah padam, sehingga dapat mencapai kesuksesan yang kita inginkan dalam hidup.


Kamis, April 06, 2023

Belajar Menulis, Yuk! Udah Bisa Semua Kan?

 


Menulis adalah suatu keahlian yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Tapi bukan berarti semua orang tak bisa mempelajari bagaimana cara menulis yang baik dan benar. 


Beberapa waktu terakhir ini, kegiatan tulis menulis makin naik daun ya. Terlihat di berbagai media sosial, tak sedikit orang-orang yang berada di friendlist kita, yang awalnya nggak pernah post karya tulisan (bukan status yang bersifat curhat atau status gaje ya). Kini jadi rajin ngepost karya-karyanya yang berupa tulisan. Ada tulisan fiksi atau non fiksi.

Juga terlihat semakin banyak grup dan komunitas literasi bahkan kelas menulis, baik yang berbayar atau pun yang bersifat sosial alias free atau gratis. Apalagi beberapa hari sebelum ramadhan menyapa, banyak penerbit yang mengadakan event menulis atau  program menulis bareng dengan tema yang sesuai dengan saat ini, yaitu seperti, mudik, lebaran, puasa para perantau, bersama melawan corona dll.


Buat yang baru saja menekuni dunia literasi, pasti sedikit banyak akan mengalami yang namanya ‘demam panggung’ atau jadi bersikap ‘maju mundur cantik’ dan tak sedikit penyebabnya adalah, karena nggak pernah ngalamin kejadian yang sesuai dengan tema, malu atau nggak pede.


Sebenarnya, nggak perlu ngalamin menjadi sosok dalam tulisan kita sendiri untuk bisa menuliskan tema yang ada. Maksudnya, kita nggak perlu menjadi perantau dulu jika ingin bisa menulis tentang bagaimana sih para perantau menjalani hari-hari puasanya saat berada jauh di kampung halaman. Tapi kita bisa menulis dari pengalaman orang terdekat atau mencoba membayangkan menjadi sosok tersebut. Intinya, tingkatkan dan liarkan daya imajinasi kita.


Lantas gimana memulainya? Berikut sedikit tips dari pengalaman TS ya,

1. Beri Feel Pada Setiap Tulisan




Tulisan yang klik adalah tulisan yang bisa menghantarkan feel, aura kepada pembacanya. Gimana caranya? Tak lain dan tak bukan adalah dengan fokus dan teruslah menulis.
Fokus adalah memusatkan perhatian. Jenis tulisan apa yang ingin kita tekuni. Banyaknya macam genre dan jenis tulisan terkadang menggoda kita untuk mempelajari semuanya. Padahal itu adalah suatu kesalahan yang seringkali diabaikan oleh para penulis pemula. Tak salah memang mempelajari semua jenis tulisan dan macam-macam genre yang ada, tetapi perlu diingat kalau kemampuan setiap kita berbeda-beda. Ada yang sekali dikasih tahu langsung paham, tetapi ada yang harus dikasih tahu berkali-kali dengan penjelasan yang berbeda baru mudeng hehehe. Jadi sebaiknya, fokus satu macam atau satu jenis dan tingkatkan jam terbang menulis kita. Kalau udah lancar ibarat sambil merem pun tulisan jadi, baru beralih mempelajari genre atau jenis tulisan yang lainnya.


2. Diksi yang Indah

Belajar Menulis Yuk! Udah Bisa Semua Kan?

Apa itu diksi? Menurut KBBI diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Lantas, bagaimana caranya supaya kita bisa memiliki diksi yang baik dan tepat? Caranya bisa karena banyak hal, bisa dari banyak membaca, sering menonton atau bisa juga karena sering berinteraksi/bersosialisasi dengan banyak orang. Intinya semakin sering kita menerima asupan kata maka semakin bagus diksi yang bisa kita rangkai.

3. Alur Cerita yang Runut

Seperti apa alur cerita yang runut itu? yaitu alur cerita yang tanpa cela. Istilah mudahnya adalah cerita yang masuk akal dalam logika banyak orang. Tapi nggak semua genre aturan ini berlaku ya. Ada beberapa genre seperti genre fantasy, alur yang tak masuk akal atau bahkan cacat logika sekalipun, terkadang masih bisa diterima dalam dunia literasi.

Sebuah tulisan jika kita tulis dengan fokus, diksinya tepat dan alur ceritanya runut. Itu udah bagus banget dan akan lebih terlihat keren dan indah dipandang jika diiringi dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. Seperti tanda baca, penempatan huruf kapital dll

Udah capek belum bacanya? Kalau udah, berarti kita sama, TS juga udah mulai capek nulis ini hahaha, semoga tips di atas tadi bermanfaat dan kalau ada yang punya tips keren lainnya, boleh banget ya kita diskusi dengan bijak di kolom komentar.

Tetap semangat menulis dan menulislah kebaikan, agar kelak tulisan-tulisan kita bisa menjadi wasilah amal baik yang kembali ke diri kita sendiri. 

4 Jangan yang Harus Dihindari Saat Bermain Sosmed, Khususnya Saat Berpuasa. Apa Ya?



Tak terasa sudah setengah bulan kita melakukan ibadah puasa (bagi yang menjalankannya) artinya, setengah jalan lagi kita akan menyambut Hari Raya Idul Fitri 1444 H


Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Welcome to My Blog, apa kabar?
Lama banget nih, nggak nulis
Btw, gimana puasanya?

Menjalankan ibadah puasa yang masih diwarnai oleh COVID-19 sedikit banyaknya, kadang membuat kita lebih mati gaya ya.

Kalau di bulan puasa tahun sebelumnya, kita masih bisa hang out ama teman dan keluarga untuk ngabuburit atau bukber. Sekarang, jangankan untuk yang bersifat santai, yang bersifat profesional atau pendidikan pun tetap dilakukan di dalam rumah demi cepat berakhirnya pandemi.

Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan di bulan puasa meski hanya di dalam rumah aja, apalagi dengan bantuan teknologi yang makin canggih, yaitu berupa aplikasi komunikasi yang bisa menghubungkan kita dengan banyak orang dalam satu waktu dan aplikasi sosial media.

Untuk membunuh waktu dan supaya tidak mati gaya, dua aplikasi tersebut sangat membantu, apalagi mengingat udah banget aplikasi sosial media di zaman ini, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan yang lainnya.

4 'Jangan' yang Harus Dihindari Saat Bermain Sosmed, Khususnya Saat Berpuasa. Apa Ya?

Namun, meski sosial media bersifat dunia maya, terkadang ada juga beberapa dari kita yang kehidupan sehari-harinya bisa dipengaruhi oleh kehidupan di sosial media. Yang tadinya kita bangun dalam keadaan happy, pas main sosmed, baca komentar, status atau postingan yang bikin kesel, eh hilang deh tuh rasa happynya dan uniknya malah berganti jadi bad mood yang berakibat nggak bagus buat diri sendiri dan orang terdekat kita.

Ada yang bilang, untuk menghindari hal yang nggak enak tadi, apalagi di bulan puasa kayak sekarang. Sebaiknya off dulu main sosmednya, tapi karena pandemi, sosmed malah jadi salah satu solusi untuk kita menghilangkan rasa boring karena nggak bisa ke mana-mana.

Walaupun dunia maya, tapi kehidupannya nggak berbeda jauh dengan dunia nyata. Hanya cara komunikasinya aja yang berbeda. kalau di dunia maya lebih banyak memakai bahasa tulisan, di dunia nyata lebih banyak memakai bahasa lisan. Nah, TS pribadi ada sedikit tips sehat bermain sosmed, khususnya di bulan ramadhan saat pandemi agar kestabilan emosi kita tetap terjaga. Yaitu,

1. Jangan Baper

Karena menggunakan bahasa tulisan, terkadang maksud yang ingin disampaikan nggak bisa tersampaikan dengan baik dan benar. Baca tulisan ada tanda seru berderet rapi kayak antrian sembako tidak pada tempatnya, bikin emosi, padahal yang nulis nggak ada maksud untuk mancing emosi, cuma kebetulan aja penulis demen ama pentungan hansip makanya selalu ada di setiap tulisannya. Sayang juga kan puasa kita.

2. Jangan Ge-eR



Akhir-akhir ini, ada juga istilah kaum buciners. Konon ada yang bilang bucin adalah budak cinta. klikbudak cinta di sini bukan seperti orang yang bisa disuruh dalam arti negatif ya, tapi budak di sini adalah orang yang lebih mudah atau sering mengungkapkan rasa cinta dan sayangnya secara terang-terangan. Nah, kalau kalian ketemu orang yang kayak gini, apalagi baru kenal, jangan langsung berpikir “Duh, kayaknya doi suka nih ama gue,” karena bisa jadi, orang yang baru kamu kenal, memang tipikal seperti itu tanpa punya maksud buruk apa-apa.

3. Jangan Latah



Latah adalah meniru atau ikut-ikutan, baik perbuatan atau perkataan. Sebenarnya wajar ya, kalau kita atau ada orang yang mengikuti gaya atau cara kita. Tapi, lagi-lagi kudu pinter-pinter melihat, nggak semua perbuatan atau ucapan orang lain harus kita tiru apalagi sampai kita lestarikan. Kalau yang mau kita tiru ada perbuatan baik, fine-fine aja, tapi kalau perbuatan jelek, please, jangan ya. Cukuplah kita menjadi wasilah rantai kebaikan, apalagi di bulan ramadhan ini.

4. Jangan kepo



Sepertinya banyak yang belum tau ya, kalau kepo adalah kepanjangan dari kalimat Knowing Every Particular Object. Ada yang bilang kalau kepo dan perhatian itu beda tipis, dan TS setuju dengan pernyataan itu. Tapi bukan untuk sesuatu yang berlebihan dan bersifat negatif ya, kalau hanya sekadar menanyakan kabar atau status udah nikah atau belum atau tinggal di kota apa, kayaknya masih taraf wajar kan ya? Yang nggak wajar adalah sampe detail menanyakan masalah pribadi tanpa ada permulaan dari yang bersangkutan.

Bersosialisasilah dengan cara yang baik dan bijak, termasuk dalam dunia maya. Tetap santuy, yes? 😘

Tetap semangat dan jaga kesehatan meski ramadhan tahun ini pandemi ikut mewarnai. Tingkat daya imun diri sendiri dan keluarga, selalu berpikir positif dan terus berkarya, ya!

Pesanan Bu Siti

  Aku pernah menikah selama dua tahun. Cerai di tahun ketiga. Prosesnya cepat, kayak mi instan—panas, berasap, dan bikin kenyang emosi. Lima...